Mass Rapid Transit atau MRT
Singapura adalah sebuah
sistem angkutan cepat yang membentuk tulang punggung dari sistem kereta api di Singapura dan membentang ke
seluruh negara kota ini. Bagian pertama dari
MRT ini, antara Stasiun Yio Chu Kang danStasiun Toa Payoh, dibuka tahun 1987 dan
menjadi sistem angkutan cepat tertua kedua di Asia Tenggara, setelah Sistem LRTManila. Jaringan ini telah berkembang cepat sebagai hasil dari tujuan
Singapura untuk mengembangkan jaringan kereta yang lengkap sebagai tulang
punggung utama dari sistem angkutan umum di Singapura dengan perjalanan penumpang harian rata-rata 2,755 juta jiwa
tahun 2013, hampir 77% dari 3,601 juta penumpang jaringan bus pada waktu yang sama.
MRT memiliki 113 stasiun (1 di antaranya tidak beroperasi)[1] dengan jalur sepanjang
152,9 kilometer dan beroperasi pada sepur standar. Jalur rel ini dibangun
oleh Land Transport
Authority,
sebuah badan milik Pemerintah
Singapura yang memberi konsesi operasi kepada
perusahaan laba SMRT Corporation dan SBS Transit. Operator-operator ini juga mengelola layanan bus dan taksi, sehingga menjamin
adanya integrasi penuh layanan angkutan umum. MRT ini dilengkapi oleh sistem Light Rail Transit (LRT) regional yang menghubungkan stasiun MRT dengan perumahan umum HDB. Layanan ini beroperasi
mulai pukul 5.30 pagi dan berakhir sebelum pukul 1.00 pagi setiap hari dengan
frekuensi tiga sampai delapan menit, dan layanan ini diperpanjang selama hari-hari libur Singapura.
SEJARAH MRT SINGAPURA
Asal muasal dari MRT
Singapura adalah dari ramalan perencanaan kota pada tahun 1967 di mana pada tahun 1992 diperlukan sistem transportasi kota di atas rel. Diawali sebuah
debat, akhirnya perdana menteri Singapura Lee Kuan Yew menyimpulkan bahwa
sistem transportasi hanya menggunakan bus tidak akan mencukupi karena akan
memerlukan jalur jalan dengan keterbatasan lahan di negara tersebut.
Biaya konstruksi awal
MRT sebesar 5 miliar dolar Singapura adalah biaya termahal yang pernah dikeluarkan untuk sebuah
proyek pada waktu itu, yang dimulai pada 22 Oktober 1983 di Jalan Shan. Jaringan MRT dibangun bertahap di mana Jalur Utara Selatan diutamakan karena melewati daerah pusat kota yang sangat
memerlukan transportasi publik. Mass Rapid Transit Corporation (MRTC),
selanjutnya diganti menjadi SMRT Corporation didirikan pada 14 Oktober 1983 untuk mengelola otoritas MRT. Pada 7 November 1987, bagian pertama dari
Jalur Utara Selatan mulai beroperasi yang terdiri dari lima stasiun dengan
jarak enam kilometer. Lima belas stasiun lagi kemudian dibuka dan MRT Singapura
resmi dibuka pada 12 Maret 1988 oleh Lee Kuan Yew, sebagai Perdana Menteri
Singapura waktu itu. Sebanyak 21 stasiun ditambahkan
dalam jaringan; pembukaan Stasiun Boon Lay pada Jalur Timur Barat 6 Juli 1990 menandai selesainya jaringan dua tahun lebih awal dari jadwal.
MRT Singapura kemudian
bertahap berkembang. Termasuk S$1.2 miliar pengembangan Jalur Utara Selatan
melalui Woodlands melengkapi pada 10 Februari 1996. Konsep untuk
mendekatkan jalur rel ke perumahan menghadirkan sistem LRT Singapura. Jalur LRT
terhubung ke jalur MRT. Pada 6 November 1999 jalur LRT pertama di Bukit Panjang mulai beroperasi. Pada 2002 stasiun bandar udara Changi dan stasiun Expo ditambahkan pada
jalur MRT. Jalur Timur Laut, yang dioperasikan oleh SBS Transit dibuka pada 20 Juni 2003 sebagai jalur rel otomatis penuh pertama di dunia. 15 Januari 2006 setelah diskusi dengan masyarakat, stasiun Buangkok dibuka.
Jalur pengembangan Boon Lay, meliputi stasiun Pioneer dan Joo Koon mulai
membuka layanan pada 28 Februari 2009. Selanjutnya pada 28 Mei 2009 bagian pertama dari Jalur Lingkar (Circle Line) dari stasiun Marymount ke Bartley dibuka.
Selanjutnya 9 stasiun dari stasiun Tai Seng ke Dhoby Ghaut dibuka pada 17 April 2010. Tahap 1 dari Jalur Pusat Kota dibuka 22 Desember 2013 dan dibuka oleh Perdana
Menteri Lee Hsien Loong.
Fasilitas dan jasa
Kecuali di Bishan, MRT terletak
melayang atau di bawah tanah. Hampir semua stasiun bawah tanah cukup dalam dan
tahan menghadapi serangan
bom konvensional sehingga bisa berperan sebagai bomb
shelters. Layanan telepon seluler bisa digunakan di dalam stasiun maupun sepanjang
perjalanan jaringan MRT. Kereta dan stasiun bawah tanahnya dilengkapi
pendingin udara, meski beberapa stasiun melayang masih menggunakan kipas angin.
Setiap stasiun dilengkapi dengan mesin tiket, pusat pelayanan
penumpang, LED dan layar plasma yang menunjukkan informasi
perjalanan kereta dan pemberitahuan. Tiap stasiun juga dilengkapi dengan kamar
kecil dan telepon berbayar. Beberapa stasiun besar, memiliki toko ritel dan
kios, supermarket, ATM, dan mesin penjual self-service. Eskalator
di tiap stasiun berjalan dengan kecepatan 0.75 m/s, 50% lebih cepat
daripada eskalator biasa.
Stasiun-stasiun lama di Jalur
Utara Selatan dan Jalur
Timur Barat awalnya dibuat tanpa fasilitas aksesibilitas, seperti elevator, ramp,
huruf Braille, pintu masuk lebar, atau toilet untuk penumpang disabilitas, sehingga penyandang disabilitas kurang
tertarik memakai sistem MRT. Seiring waktu, semua fasilitas ini saat ini sedang
dipasang sebagai program untuk membuat semua stasiun bisa terakses oleh orang
berusia lanjut atau penyandang disabilitas.[35][37][38] Hampir semua stasiun sekarang
telah memiliki beberapa fasilitas ini, dan akan ditambah rak sepeda di 20
stasiun sebagai penunjang.
Arsitektur dan seni
Generasi awal pembangunan MRT lebih mengedepankan fungsionalitas daripada
estetika. Hal ini bisa dilihat dari beberapa stasiun lama yang pertama dibuka
pada Jaur
Utara Selatan dan Jalur
Timur Barat yang dibuka tahun 1987-1988 di Yio Chu Kang ke Clementi. Pengecualian untuk
hal ini adalah Orchard, yang dipilih
desainernya sebagai "showpiece" dari sistem MRT dan awalnya dibangun
dengan atap kubah. Tema arsitektur menjadi hal penting hanya pada beberapa
jalur, seperti desain stasiun silindris pada semua stasiun antaraKallang dan Pasir Ris kecuali Eunos, serta atap perched di stasiun Boon
Lay, Lakeside, Chinese
Garden, Bukit Batok, Bukit Gombak,Choa Chu Kang, Khatib, Yishun dan Eunos.
Stasin Stadium dengan motif olahraga di
pintu masuknya karena bersebelahan dengan Stadion Nasional
Potongan-potongan seni, jika ada, jarang
diperlihatkan; kadang terdiri dari lukisan-lukisan yang menggambarkan sejarah
Singapura belakangan ini. Pembukaan Ekstensi Woodlands menambah karya seni
di Woodlands. Dengan
pembukaan Jalur
Timur Laut, seri karya seni dibuat dibawah program "The Art In Transit"
yang dicanangkan oleh Land
Transport Authority. Dibuat oleh 19 seniman lokal dan terintegrasi dengan arsitektur dalam
stasiun, proyek ini bertujuan untuk mengapresiasi seni
publik pada lingkungan berlalu-lintas tinggi. Hasil karya pada tiap stasiun
didesain agar cocok dengan identitas stasiun. Semua stasiun pada jalur Timur
Laut, Lingkar, dan Pusat Kota dibawah program ini.
Stasiun Bras Basah dengan motif air
Stasiun MRT Expo, terletak di cabang
Bandara Changi dari Jalur Timur Barat, terletak bersebelahan dengan fasilitas
pameran Singapore
Expo. Didesain oleh Foster and Partners dan selesai
Januari 2001, stasiun ini berbentuk elips dengan atap pillarless titanium
yang membentang sepanjang platform stasiun.
Changi Airport, stasiun MRT paling timur, memiliki platform paling luas di
antara semua stasiun MRT bawah tanah di Singapura. Stasiun ini termasuk dalam
15 stasiun subway terbaik dunia tahun 2011.
2 stasiun MRT Jalur Lingkar, Bras Basah dan Stadium, dibangun dengan
kompetisi Marina Line Architectural Design Competition yang diselenggarakan
oleh Land
Transport Authority danSingapore Institute of Architects. Pemenang untuk kedua
stasiun adalah WOHA. Tahun 2009,
penghargaan "Best Transport Building" diberikan pada desainer WOHA Architects pada
Festival Arsitektur Dunia.
No comments:
Post a Comment