Sunday 3 April 2016

MASS RAPID TRANSIT SINGAPURA


Mass Rapid Transit atau MRT Singapura adalah sebuah sistem angkutan cepat yang membentuk tulang punggung dari sistem kereta api di Singapura dan membentang ke seluruh negara kota ini. Bagian pertama dari MRT ini, antara Stasiun Yio Chu Kang danStasiun Toa Payoh, dibuka tahun 1987 dan menjadi sistem angkutan cepat tertua kedua di Asia Tenggara, setelah Sistem LRTManila. Jaringan ini telah berkembang cepat sebagai hasil dari tujuan Singapura untuk mengembangkan jaringan kereta yang lengkap sebagai tulang punggung utama dari sistem angkutan umum di Singapura dengan perjalanan penumpang harian rata-rata 2,755 juta jiwa tahun 2013, hampir 77% dari 3,601 juta penumpang jaringan bus pada waktu yang sama.
MRT memiliki 113 stasiun (1 di antaranya tidak beroperasi)[1] dengan jalur sepanjang 152,9 kilometer dan beroperasi pada sepur standar. Jalur rel ini dibangun oleh Land Transport Authority, sebuah badan milik Pemerintah Singapura yang memberi konsesi operasi kepada perusahaan laba SMRT Corporation dan SBS Transit. Operator-operator ini juga mengelola layanan bus dan taksi, sehingga menjamin adanya integrasi penuh layanan angkutan umum. MRT ini dilengkapi oleh sistem Light Rail Transit (LRT) regional yang menghubungkan stasiun MRT dengan perumahan umum HDB. Layanan ini beroperasi mulai pukul 5.30 pagi dan berakhir sebelum pukul 1.00 pagi setiap hari dengan frekuensi tiga sampai delapan menit, dan layanan ini diperpanjang selama hari-hari libur Singapura.

SEJARAH MRT SINGAPURA

Asal muasal dari MRT Singapura adalah dari ramalan perencanaan kota pada tahun 1967 di mana pada tahun 1992 diperlukan sistem transportasi kota di atas rel. Diawali sebuah debat, akhirnya perdana menteri Singapura Lee Kuan Yew menyimpulkan bahwa sistem transportasi hanya menggunakan bus tidak akan mencukupi karena akan memerlukan jalur jalan dengan keterbatasan lahan di negara tersebut.
Biaya konstruksi awal MRT sebesar 5 miliar dolar Singapura adalah biaya termahal yang pernah dikeluarkan untuk sebuah proyek pada waktu itu, yang dimulai pada 22 Oktober 1983 di Jalan Shan. Jaringan MRT dibangun bertahap di mana Jalur Utara Selatan diutamakan karena melewati daerah pusat kota yang sangat memerlukan transportasi publik. Mass Rapid Transit Corporation (MRTC), selanjutnya diganti menjadi SMRT Corporation didirikan pada 14 Oktober 1983 untuk mengelola otoritas MRT. Pada 7 November 1987, bagian pertama dari Jalur Utara Selatan mulai beroperasi yang terdiri dari lima stasiun dengan jarak enam kilometer. Lima belas stasiun lagi kemudian dibuka dan MRT Singapura resmi dibuka pada 12 Maret 1988 oleh Lee Kuan Yew, sebagai Perdana Menteri Singapura waktu itu. Sebanyak 21 stasiun ditambahkan dalam jaringan; pembukaan Stasiun Boon Lay pada Jalur Timur Barat 6 Juli 1990 menandai selesainya jaringan dua tahun lebih awal dari jadwal.
MRT Singapura kemudian bertahap berkembang. Termasuk S$1.2 miliar pengembangan Jalur Utara Selatan melalui Woodlands melengkapi pada 10 Februari 1996. Konsep untuk mendekatkan jalur rel ke perumahan menghadirkan sistem LRT Singapura. Jalur LRT terhubung ke jalur MRT. Pada 6 November 1999 jalur LRT pertama di Bukit Panjang mulai beroperasi. Pada 2002 stasiun bandar udara Changi dan stasiun Expo ditambahkan pada jalur MRT. Jalur Timur Laut, yang dioperasikan oleh SBS Transit dibuka pada 20 Juni 2003 sebagai jalur rel otomatis penuh pertama di dunia. 15 Januari 2006 setelah diskusi dengan masyarakat, stasiun Buangkok dibuka. Jalur pengembangan Boon Lay, meliputi stasiun Pioneer dan Joo Koon mulai membuka layanan pada 28 Februari 2009. Selanjutnya pada 28 Mei 2009 bagian pertama dari Jalur Lingkar (Circle Line) dari stasiun Marymount ke Bartley dibuka. Selanjutnya 9 stasiun dari stasiun Tai Seng ke Dhoby Ghaut dibuka pada 17 April 2010. Tahap 1 dari Jalur Pusat Kota dibuka 22 Desember 2013 dan dibuka oleh Perdana Menteri Lee Hsien Loong.

Fasilitas dan jasa
Kecuali di Bishan, MRT terletak melayang atau di bawah tanah. Hampir semua stasiun bawah tanah cukup dalam dan tahan menghadapi serangan bom konvensional sehingga bisa berperan sebagai bomb shelters. Layanan telepon seluler bisa digunakan di dalam stasiun maupun sepanjang perjalanan jaringan MRT. Kereta dan stasiun bawah tanahnya dilengkapi pendingin udara, meski beberapa stasiun melayang masih menggunakan kipas angin.
Setiap stasiun dilengkapi dengan mesin tiket, pusat pelayanan penumpang, LED dan layar plasma yang menunjukkan informasi perjalanan kereta dan pemberitahuan. Tiap stasiun juga dilengkapi dengan kamar kecil dan telepon berbayar. Beberapa stasiun besar, memiliki toko ritel dan kios, supermarket, ATM, dan mesin penjual self-service. Eskalator di tiap stasiun berjalan dengan kecepatan 0.75 m/s, 50% lebih cepat daripada eskalator biasa.
Stasiun-stasiun lama di Jalur Utara Selatan dan Jalur Timur Barat awalnya dibuat tanpa fasilitas aksesibilitas, seperti elevator, ramp, huruf Braille, pintu masuk lebar, atau toilet untuk penumpang disabilitas, sehingga penyandang disabilitas kurang tertarik memakai sistem MRT. Seiring waktu, semua fasilitas ini saat ini sedang dipasang sebagai program untuk membuat semua stasiun bisa terakses oleh orang berusia lanjut atau penyandang disabilitas.[35][37][38] Hampir semua stasiun sekarang telah memiliki beberapa fasilitas ini, dan akan ditambah rak sepeda di 20 stasiun sebagai penunjang.


Arsitektur dan seni
Generasi awal pembangunan MRT lebih mengedepankan fungsionalitas daripada estetika. Hal ini bisa dilihat dari beberapa stasiun lama yang pertama dibuka pada Jaur Utara Selatan dan Jalur Timur Barat yang dibuka tahun 1987-1988 di Yio Chu Kang ke Clementi. Pengecualian untuk hal ini adalah Orchard, yang dipilih desainernya sebagai "showpiece" dari sistem MRT dan awalnya dibangun dengan atap kubah. Tema arsitektur menjadi hal penting hanya pada beberapa jalur, seperti desain stasiun silindris pada semua stasiun antaraKallang dan Pasir Ris kecuali Eunos, serta atap perched di stasiun Boon Lay, LakesideChinese GardenBukit BatokBukit Gombak,Choa Chu KangKhatibYishun dan Eunos.
Stasin Stadium dengan motif olahraga di pintu masuknya karena bersebelahan dengan Stadion Nasional
Potongan-potongan seni, jika ada, jarang diperlihatkan; kadang terdiri dari lukisan-lukisan yang menggambarkan sejarah Singapura belakangan ini. Pembukaan Ekstensi Woodlands menambah karya seni di Woodlands. Dengan pembukaan Jalur Timur Laut, seri karya seni dibuat dibawah program "The Art In Transit" yang dicanangkan oleh Land Transport Authority. Dibuat oleh 19 seniman lokal dan terintegrasi dengan arsitektur dalam stasiun, proyek ini bertujuan untuk mengapresiasi seni publik pada lingkungan berlalu-lintas tinggi. Hasil karya pada tiap stasiun didesain agar cocok dengan identitas stasiun. Semua stasiun pada jalur Timur Laut, Lingkar, dan Pusat Kota dibawah program ini.
Stasiun Bras Basah dengan motif air

Stasiun MRT Expo, terletak di cabang Bandara Changi dari Jalur Timur Barat, terletak bersebelahan dengan fasilitas pameran Singapore Expo. Didesain oleh Foster and Partners dan selesai Januari 2001, stasiun ini berbentuk elips dengan atap pillarless titanium yang membentang sepanjang platform stasiun.
Changi Airport, stasiun MRT paling timur, memiliki platform paling luas di antara semua stasiun MRT bawah tanah di Singapura. Stasiun ini termasuk dalam 15 stasiun subway terbaik dunia tahun 2011.
2 stasiun MRT Jalur LingkarBras Basah dan Stadium, dibangun dengan kompetisi Marina Line Architectural Design Competition yang diselenggarakan oleh Land Transport Authority danSingapore Institute of Architects. Pemenang untuk kedua stasiun adalah WOHA. Tahun 2009, penghargaan "Best Transport Building" diberikan pada desainer WOHA Architects pada Festival Arsitektur Dunia.




No comments:

Post a Comment