Faktor-Faktor
Penyebab Kecelakaan Moda Angkutan Darat
1.
Faktor Manusia
Faktor
manusia sebagai pengemudi merupakan faktor yang paling dominan dalam
kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran
rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar,
ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan
yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu.Selain itu manusia sebagai
pengguna jalan raya sering sekali lalai bahkan ugal ugalan dalam mengendarai
kendaraan, tidak sedikit angka kecelakaan lalu lintas diakibatkan karena
membawa kendaraan dalam keadaan mabuk, mengantuk, dan mudah terpancing oleh
ulah pengguna jalan lainnya yang mungkin dapat memancing untuk balapan di jalan
umum.
Ketidakdisiplinan
dari pengguna jalan ini tentu dapat membahayakan pengguna jalan yang lain,
manusia tidak akan tau apakah ia akan mengalami kecelakaan lalu lintas sebagai
korban yang ditubruk atau menjadi tersangka penabrakan.
2.
Faktor Kendaraan
Faktor kendaraan yang
paling sering terjadi adalah ban pecah, rem
tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan
bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai
penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan technologi
yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk Pengujian
kendaraan bermotor secara regular merupakan hal wajib yang seharusya dilakukan
setiap pemilik kendaraan bermotor apakah kendaraannya masih layak jalanPada
pengujian berkala, hal yang akan diuji adalah :
1.
sistem pengereman dan daya pengereman
2.
Lampu-lampu dan daya pancar lampu utama
3.
Emisi gas buang
4.
Sistem kemudi beserta kaki-kakinya
5.
Speedometer
3.
Faktor Cuaca
Hari hujan juga
mempengaruhi kinerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh,
jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga
terpengaruh karena penghapus kacatidak bisa bekerja
secara sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih
pendek. Asap dan kabut juga bisa
mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.
Angka kecelakaan yang cukup tinggi di
Indonesia sungguh disayangkan karena kecelakaan lalu lintas menimbulkan korban
secara materil maupun korban hilangnya nyawa seseorang yang berdampak sosial
pada keluarga atau sanak saudara, semisal kepala keluarga yang meninggal akibat
kecelakaan lalu lintas, maka kemungkinan besar keluarga dari orang tersebut
akan kehilangan pemasukan dan terancam mengalami penurunan kualitas hidup.
Kecelakaan lalu lintas umumnya terjadi di darat karena jumlah moda transportasi
di darat yang lebih banyak dari pada di laut maupun udara namun sistem
perencanaan serta penanganannya masih jauh dari harapan.
4.
Kurangnya Fasilitas
Transportasi
Pertumbuhan dan
perkembangan suatu kota yang pesat tanpa diikuti dengan pengadaan sistem
trasnportasi yang memadai untuk ukuran kota itu merupakan bentuk besarnya demand daripada supply nya,
begitu pula kebalikannya, lajunya pertumbuhan sistem transportasi yang tidak
sesuai dengan ukuran perkembangan suatu kota, merupakan wujudsupply lebih
besar daripada demand untuk transportasi.
Contoh nyata dari kurangnya
fasilitas transportasi adalaha ketika moment mudik lebaran tiba, di saat itu
banyak orang yang membutuhkan angkutan umum untuk pulang ke kampung halaman
beserta keluarganya ataupun individu, hal ini seharusnya sudah menjadi
pertimbangan khusus oleh pemerintah daerah namun faktanya masih banyak orang
yang harus berdesakan di dalam bus atau kereta api, bahkan ada pula yang tidak
bisa melakukan aktifitas mudik karena kehabisan tiket.
Contoh lain dari kurangnya
fasilitas transportasi adalah jumlah kereta api yang sangat minim dengan
kualitas yang sangat rendah, hal ini memicu banyak permasalahn seperti keamanan
di dalam gerbong kereta api menjadi tidak terjamin dan banyaknya masyarakat
yang akhirnya lebih memilih duduk di atas gerbong daripada harus berdesakan di
dalam gerbong kereta api, hal ini juga akan memicu terjadinya kecelakaan lalu
lintas.
5.
Rendahnya Kualitas
Transportasi (maman)
Rendahnya kualitas
Transportasi di Indonesia ditandai dengan timbulnya masalah-masalah
transportasi yang saling mempengaruhi satu sama lain, faktor-faktor penyebab
rendahnya kualitas transportasi di Indonesia juga disebabkan oleh berbagai
faktor dan masalah lain yang cukup kompleks. Faktor-faktor penyebab rendahnya
kualitas transportasi di Indonesia adalah :
1.
Dana pengadaan atau
peremajaan fasilitas transportasi yang tidak mencukupi
2.
Kurangnya pengawasan dari
pemerintah atau pihak yang berkewajiban
3.
Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk ikut menjaga fasilitas sarana dan prasarana transportasi
4.
Kurangnya disiplin
masyarakat
6.
Kerusakan jaringan jalan
Kerusakan jaringan jalan
dapat mengakibatkan kemacetan atau bahkan kecelakaan lalu lintas bila tidak
segera ditangani dengan baik. Kerusakan jaringan jalan bisa berasal dari
struktur perkerasan jalan yang sudah tidak mampu menampung beban atau akibat
bencana alam seperti pengikisan lapisan jalan akibat banjir, tertutupnya akses
jalan akibat tanah longsor dan lain sebagainya.
Daerah yang biasanya sering
ditemui memiliki permalasalahan kerusakan jalan adalah daerah pedesaan,hal ini
dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah pada kawasan pedesaan dan lebih
terfokus pada permasalahan di perkotaan yang memang lebih kompleks.
7.
Rendahnya Kualitas
Angkutan Umum Darat
Apabila angkutan umum darat
Indonesia dibandingkan dengan angkutan umum di negara-negara tetangga, maka
hasilnya akan sangat jauh tertinggal, ketika Jepang sudah menggunakan
shinkansen, maka kualitas perkeretaapian di Indonesia masih mengenaskan. Salah
satu kemunduran Kereta api Indonesia dibuktikan pada tahun 1939, panjang rel
mencapai 6.811 kilometer, tetapi pada tahun 2000, rel warisan Belanda itu susut
menjadi tinggal 4.030 km, atau turun 41%. Begitu pula dengan sarana
pendukungnya seperti jumlah stasiun pemberhentian kereta. Pada 1955, jumlah
stasiun mencapai 1.516 buah. Dalam kurun setengah abad, jumlah itu merosot 62%
menjadi tinggal 571 stasiun. Faktor terpenting dari kereta ialah lokomotif, lokomotif
kereta api indonesia dari 341 unit lokomotif yang ada pada 2008, hampir
seluruhnya, sekitar 82%, sudah tua dengan umur antara 16-30 tahun. sedangkan
hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan negara maju, seperti Jepang dan
negara-negara Eropa, umur ekonomis kereta api guna menjamin keselamatan penumpang
maksimal adalah 5-10 tahun.
Solusi
1.
Transportasi Berkelanjutan
Perencanaan transportasi
yang brekelanjutan adalah dimana sebuah perencanaan tersebut tidak hanya
memikirkan keuntungan dan kepentingan jangka pendek namun juga mempertimangkan
keberlanjutan perencanaan tersebut pada jangka menengah hingga jangka panjang.
Transportasi berkelanjutan
merupakan suatu transportasi yang tidak menimbulkan dampak yang membahayakan
kesehatan masyarakat atau ekosistem dan dapat memenuhi kebutuhan mobilitas yang
ada secara konsisten dengan memperhatikan: (a) penggunaan sumberdaya terbarukan
pada tingkat yang lebih rendah dari tingkat regenerasinya; dan (b) penggunaan
sumber daya tidak terbarukan pada tingkat yang lebih rendah dari tingkat
pengembangan sumberdaya alternatif yang terbarukan.
Beberapa dampak yang bisa
timbul akibat penerapan perencanaan transportasi berkelanjutan ini adalah :
Mengurangi penggunaan BBM dan Mengurang Polusi
Mengurangi
Kemacetan
Menjaga
Kulalitas Lingkungan Untuk Masa Depan
2.
Penerapan ERP
Dengan electronic
roadpricing, pengguna kendaraan pribadi akan dikenakan biaya jika mereka
melewati satu area atau koridor yang macet pada periode waktu tertentu.
Pengguna kendaraan pribadi, akhirnya, harus menentukan apakah akan meneruskan
perjalanannya melalui area atau koridor tersebut dengan membayar sejumlah uang,
mencri rute lain, mencari tujuan perjalanan lain, merubah waktu dalam melakukan
perjalanan, tidak jadi melakukan perjalanan, atau berpindah menggunakan moda
lain yang diijinkan untuk melewati area atau koridor tersebut.
Biaya yang dikenakan juga
bertujuan untuk memberikan kesadaran kepada pengguna kendaraan pribadi bahwa
perjalanan mereka dengan kendaraan pribadi mempunyai kontribusi terhadap
kerusakan lingkungan dan kerugian kepada masyarakat yang tidak mengunakan
kendaraan pribadi. ERP diharapkan mampu mengurangi perjalanan dengan kendaraan
pribadi dan mengurangi perjalanan yang tidak perlu, terutama pada jam-jam sibuk.
Cara kerja dari ERP sendiri
adalah seperti jalan tol, namun masyarakat menggunakan kartu yang cara kerjanya
seperti kartu ATM, sehingga bisa diisi ulang, biaya yang diterapkan
berbeda-beda tergantung jam melintas, kapasitas jalan, serta jenis kendaraan.
ERP memiliki alat berupa gerbang masuk dimana ketika memasuki gerbang tersebutm
itu artinya telah masuk kawasan yang dinilai cukup rawan kemacetan dan
masyarakat harus menggesek kartu prabayar tersebut di vehicle units atau alat
gesek yang ada di kendaraan masing-masing. Kemudian alat di gerbang tersebut
akan menerima sensor dari kendaraan yang melintas, apakah sudah melakukan
transaksi pembayaran atau belum, apabila belum maka kendaraan tersebut akan
dikenai denda saat pengurusan STNK.
Studi
Kasus ERP di Singapura
Singapore
merupakan kota pertama yang mengaplikasikan ERP (sejak tahun 1998), pada
awalnya disebut urban road user charging. Tujuannya adalah untuk
membatasi lalu lintas yang
masuk CBD pada saat jam
puncak untuk mengurangi kemacetan. Sebelum ERP, Singapore menggunakan Area-Licensing
Scheme (ALS), pada tahun 1998, ALS diganti denganElectronic
Road
Pricing (ERP). Harga untuk memasuki daerah atau koridor
ERP bervariasi berdasarkan rata-rata kecepatan jaringan. Harga yang bervariasi
tersebut ditujukan untuk mempertahankan kecepatan antara 45-65 km/jam
pada expressways dan 20-30 km/jam pada jalan arteri. Dampak
diterapkanya congestion pricing atau ERP di Sangapore cukup signifikan. Prosentase
penggunaan carpools dan bus meningkat dari 41% menjadi 62%, dan volume lalu
lintas yang menuju daerah diterapkannya congestion pricing menurun sampai
dengan 44%
Studi
Kasus ERP di London
ERP
diaplikasikan di London pada 17 Pebruari 2003. Tujuan dari aplikasi
ERP di London
adalah untuk mengurangi
kemacetan, meningkatkan reliabilitas waktu perjalanan, dan mengurangi polusi
udara. Aplikasi ERP di London memberikan beberapa hasil positif antara lain:
1.
Penurunan volume lalu
lintas 15 %
1.
Penurunan kemacetan 30%
2.
Penurunan polusi 12% (NOx,
PM10)
3.
c. Perjalanan
menjadi lebih reliable
4.
Reliabilitas bus schedule
meningkat signifikan
5.
Kecelakaan lalu lintas
menurun
6.
Peningkatan kecepatan tidak
meningkatkan fatalitas kecelakan
7.
g. Tidak
terjadi dampak lalu lintas yang besar di daerah diluar area congestion
charging
8.
Menjadi sumber pendapatan
yang sebagian besar dipakai untuk perbaikan pelayanan angkutan umum
3.
Green Transportation
Green
Transport merupakan salah satu contoh transportasi
berkelanjutan. Transportasi hijau atau bisa juga disebut dalam bahasa
Inggrisnya disebut sebagai Green Transportmerupakan perangkat
transportasi yang berwawasan lingkungan. Green Transport ini merupakan
pendekatan yang digunakan untuk menciptakan transportasi yang sedikit atau
tidak menghasilkan gas rumah kaca.
Transportasi hijau atau
green transport dapat diterapkan melalui banyak cara, seperti mengganti bahan
bakar minyak yang digunakan kendaraan bermotor dengan bahan bahar yang lebih
ramah lingkungan, pengurangan penggunaan kendaraan bermotor pribadi, ataupun
peningkatan kualitas fasilitas transportasi. Cara yang mungkin bisa ditempuh
oleh pemerintah Indonesia dalam waktu dekat ini adalah perbaikan fasilitas
transportasi yang sudah ada, peremajaan ataupun pengadaan fasilitas transportasi
yang memang dibutuhkan tetapi jumlahnya masih sangat minim.
Dalam konteks perencanaan
kota, konsep ini bertujuan sebagai upaya peningkatan fasilitas bagi komunitas
bersepeda, pejalan kaki, fasilitas komunikasi maupun penyediaan transportasi
umum massal yang murah dan ramah lingkungan. Contoh penerapan green
transportation adalah penerapan bahan bakar untuk kendaraan bermotor yang ramah
lingkungan :
a.
Ethanol
Ethanol merupakan alkohol
cair dengan bilangan oktana yang tinggi dan mampu menggantikan bensin. Ethanol
diproduksi dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui seperti jagung di
Amerika serikat dan tebu di Brazil.
b.
BBG
BBG merupakan singkatan
dari bahan bakar gas. Salah satu cara mengurangi pencemaran adalah pemakaian
gas bumi, karena gas bumi lebih raman lingkungan dari pada BBM yang kini lebil
dominan dipakai oleh kendaraan-kendaraan bermotor di dunia.
BBG merupakan energi
alternatif pengganti BBM yang paling prospektif untuk dikembangkan.
c.
Bioetanol Singkong
Salah satu alternatif
pengganti bahan bakar fosil adalah dengan bioenergi seperti bioetanol.
Bioetanol adalah bahan bakar nabati yang tak pernah habis selama mentari masih
memancarkan sinarnya, air tersedia, oksigen berlimpah, dan kita mau melakukan
budidaya pertanian.
4.
Pembatasan Kendaraan pribadi
Sebenarnya di Indonesia
sudah bisa melakukan sistem pembatasan kendaraan bermotor pribadi, dasar hokum
yang bisa digunakan untuk menerapkan sistem ini di Indonesia adalah
Undang-undang No.22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, dalam
pasal 133 ayat (2) dicantumkan bahwa, Manajemen kebutuhan Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara:
a. pembatasan Lalu Lintas
Kendaraan perseorangan pada koridor atau kawasan tertentu
pada waktu dan Jalan tertentu.
b. pembatasan Lalu Lintas
Kendaraan barang pada koridor atau kawasan tertentu pada waktu dan Jalan
tertentu.
c. pembatasan Lalu Lintas
SepedaMotor pada koridor atau kawasan tertentu pada waktu dan Jalan tertentu.
d. pembatasan Lalu Lintas
Kendaraan Bermotor Umum sesuai dengan klasifikasi fungsi Jalan.
e. pembatasan ruang Parkir
pada kawasan tertentu dengan batasan ruang Parkir maksimal; dan/atau
f. pembatasan Lalu Lintas
Kendaraan Tidak Bermotor Umum pada koridor atau kawasan tertentu pada waktu dan
Jalan tertentu.
No comments:
Post a Comment