Berlandaskan Ketulusan, Kejujuran, Ketekunan, Usaha dan Doa tuk Mimpi yang Ada
Sembilan belas tahun yang lalu, aku terlahir di kota yang penuh dengan perjuangan hidup, Denpasar Kota yang penuh dengan keramaian yang penuh dengan Hotel berbintang dan kawasan wisatawan. Sedangkan aku hanyalah bocah kecil berumur 4 tahun dengan sejuta mimpi yang kupendam. Namun dibalik mimpi yang kupendam hanya satu yang kuinginkan yaitu mengenyam pendidikan bagaimana layaknya orang yang mampu diluar sana. Namun, apa daya aku berasal dari keluarga tak mampu. Ayahku hanyalah buruh yang tak tentu waktu kerjanya sedangkan ibuku hanyalah ibu penjual pisang goreng tentu kedua orangtuaku tak mampu membiayai aku tuk sekolah, biaya sekolah yang mahal membuatku hanya bisa berangan-angan tuk bisa sekolah seperti teman-temanku yang lain. Tapi aku tak mau menyerah begitu saja. Yang namanya merajut mimpi, mencapai cita-cita menurut orang bijak sangatlah sederhana. Cukup ketulusan hati, kejujuran, ketekunan, selalu berusaha dan berdoa. Semua hal itu, merupakan pedoman untuk menjalani hidup aku dalam menggapai mimpi aku.
Hari pertama menuju mimpi, aku pamitan dengan kedua orang tuaku, dan berdoa agar dimudahkan dan diberi keselamatan. Aku jalani dengan penuh percaya diri ku melintasi lebarnya jalan penuh dengan kendaraan besar beroda empat yang sedang menanti lampu hingga berwarna hijau. Disanalah aku menjajakan kelereng berharap anak pemilik kendaraan melirik dan membelinya. Hari demi hari ku lewati, berangkat pagi pulang sore sudah biasa ku lakukan layaknya seorang mandor berdompet tebal. Namun, hal tersebut hanyalah ungkapan untuk waktuku berjualan. Penak, lelah, cucuran keringat dan langit yang mulai menghitam menandakan aku harus pulang. Sesampai dirumah, saya sudah disambut oleh kedua orang tuaku. Lelah pun terasa hilang melihat senyum kedua orangtuaku dibalik kekurangan yang kita jalani. Namun, semua itu serasa tiada karena kebersamaan dan kasih sayang yang aku rasakan.
Hari demi hari berjalan, bulan demi bulan terlewatkan, dan tahun demi tahun terlampaui, tak terasa umurku menginjak 6 tahun. Tiba-tiba orang tuaku memberikanku seragam sekolah dan mengajakku tuk mendaftar di salah satu sekolah dasar yang ada di Kota Denpasar. Sungguh tak menyangka, hati yang berdebar dan penuh dengan rasa senang akhirnya saya bisa bersekolah dan menuntut ilmu. Ini merupakan tonggak sejarah dalam kehidupanku untuk mencapai cita-citaku. Tapi aku tahu, pasti orangtuaku memaksakan diri untuk membiayai aku sekolah karena mungkin aku anak lelaki satu-satunya di keluarga yang tentunya menjadi persinggahan tongkat estafet selanjutnya. Hal ini tentu tak ku sia-siakan aku kan menuntut ilmu dengan serius dan penuh rasa tanggung jawab. Dan hal itu aku buktikan dengan meraih peringkat 2 kelas ketika kelas satu dengan nilai matematika terbaik dengan perolehan nilai 10 pada zamannya dan itu kupertahankan hingga kelas dua.
Tak terasa aku pun menginjak kelas 3, ibuku diterima menjadi guru dengan status CPNS di salah satu sekolah dasar di desa Belatungan, Tabanan. Aku pun dan kedua orang tuaku pindah dan menetap di desa Belatungan yang merupakan desa kelahiran ayahku. Kini ibuku berprofesi sebagai guru sekolah dasar dan ayahku sebagai petani walaupun demikian kami tetap hidup dengan penuh kesadaran.
Hari pertama disekolah baruku, aku merasa ragu karena ibuku menjadi guru disana. Aku pun harus berusaha terus agar tidak membuat malu ibuku dengan penuh semanagat mengejar mimpiku aku belajar dengan giat dan akhirnya aku mendapat peringkat satu kelas yang ku pertahankan hingga kelas enam. Astungkara, kedua orang tuaku masih mampu tuk melanjutkan ku sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Di sekolah menengah pertama aku mendapat teman yang jauh berpotensi memiliki daya saing lebih tinggi dan benar saja aku hanya bisa meraih peringkat 2 dikelas dan ku pertahankan hingga kelas sembilan.
Menuju sekolah menegah atas, kedua orang tuaku mengalami kendala perekonomian kembali karena saya sekolah di SMA favorit yang ada di kota Singaraja yang tentunya memerlukan biaya yang lebih tinggi. Saya pun binggung, apakah saya bisa melanjutkan pendidikan saya? Saya pun memutuskan untuk lanjut dengan keberanian, orangtuakupun setuju dan berusaha untuk membiayai ku sekolah. Karena aku sudah tahu bagaimana kondisi perekonomian orang tuaku. Aku pun membantu orangtuaku dengan membuka les dikosanku tanpa sepengetahuan orangtuaku, karena ak tak ingin orangtuaku menjadi beban karena aku. Uang hasil les pun lumayan untuk membayar setengah dari SPP yang ditentukan. Dalam menjalani pendidikan di tingkat SMA beberapa prestasi yang ku dapat seperti mengikuti olimpiade matematika, juara mengambar ukiran Bali, juara karya tulis ilmiah dan tentunya menjad juara kedua dikelas. Hingga akhirnya, diakhir kelas dua belas aku bisa mempertahankan prestasiku dan lulus dengan nilai yang memuaskan.
Mimpiku tak sampai disini, aku ingin melanjutkan pendidikan di tingkat kuliah. Dan dengan percaya diri aku mendaftar di DIV Teknik Pertambangan Batubara AFTA Singapura, berharap aku bisa merubah perekonomian keluargaku ke depan dan hasilnya aku lulus dengan peringkat 14 dari 35 mahasiswa yang diterima. Namun, kedua orangtuaku menolak keras karena alasanya aku satu-satunya anak laki-laki. Dan akhirnya aku mengurungkan mimpiku tuk berkerja di pertambangan karena seberapa pintarpun kita kalau tidak direstui orang tua kan tetap jadi sia-sia usaha kita. Teringat masa kecilku ketika mamaku ingin sekali meliki anak lelaki yang bekerja diinstansi perhubungan dan berlandasan itu akhirnya aku mendaftar di sekolah tinggi kedinasan dibawah naungan Badan Pengembangan Sumber Daya Perhubungan. Tes demi tes ku lewati, tahap dan prosedur semua ku jalani dengan baik dan akhirnya aku diterima di salah satu perguruan tinggi kedinasan perhubungan di Jawa Tengah.
Seakan tak menyangka perjalanan karier pendidikanku sepanjang itu berlandasan dengan ketulusan hati, kejujuran, ketekunan, selalu berusaha dan berdoa. Aku bisa kuliah di sekolah yang benar benar menjungjung nilai kedisiplinan dan abdi negara. Aku kan terus berlari selagi rode masih berputar karena dengan berlali dan berusaha aku bisa memposisikan diri aku tuk terus diatas. Terbukti dengan peringkat satu pararel yang kuraih disemester pertama aku kuliah dan mendapat peringkat 10 besar Nasional lomba Teknologi Pemuda Indonesia Peduli Keselamatan Transportasi. Disini, aku bulatkan tekat untuk trus berusaha dan berdoa membahagaikan kedua orangtuaku dan menggapai mimpiku tuk menjadi Mentri Perhubungan. Aku kan selalu menjadi yang terbaik bukansekedar terbaik dari yang terbaik tapi juga memiliki rasa tanggung jawab dan cinta Tanah Air. Inilah mimpiku, inilah cita-citaku yang harus kugapai. Takkan puas sampai disini karena diatas langit tetap ada langit, masih banyak yang perlu kugapai. Pastinya selalu ada jalan dibalik masalah, kini tinggal masing-masing dari kita apakah kita punya ketulusan hati, kejujuran, ketekunan, usaha dan berdoa dalam mengapai mimpi kita?
BIODATA
1. Nama : I DEWA GEDE TANTARA TESA PUTRA
2. Tempat/Tanggal Lahir : DENPASAR, 20 JUNI 1996
3. Jenis Kelamin : LAKI-LAKI
4. Status Perkawinan : BELUM MENIKAH
5. Kebangsaan : INDONESIA
6. Agama : HINDHU
7. Alamat : Jl. Semereu No. 3 Kota Tegal, Jawa Tengah
8. No.Telepon : 081902565904
9. E-mail : tessa_hyuga@yahoo.co.id
10. Website/Blog : dewagedetesa@gmail.com
11. Nama Orang Tua : Dewa Nyoman Alit Sutawan dan Desak Made Suryawati
12. Anak Ke/Dari : satu dari dua bersaudara
13. Pendidikan Terakhir : SMA (2014)
14. Hobi : Menulis dan Melukis